Seorang pelayan yang lengkap dengan kain akan
mengucapkan salam “sugeng ndalu” atau selamat malam, dan silahkan duduk saat pengunjung memasuki tempat tersebut. Beberapa saat kemudian
pelayan tadi kembali untuk memberikan welcome drink berupa minuman wedang
secang hangat. Wedang secang yang dibuat dari campuran rempah-rempah seperti Kayu Manis, Kapulaga, Cengkeh,
dan Jahe sehingga saat menyeruputnya terasa hangat di tenggorokan. Sesudah
memesan makanan, pengunjung
akan ditemani dengan alunan gending-gending gamelan khas kraton membuat kental
nuansa Yogyakarta.
Eits, jangan salah sangka. Tempat tersebut
bukan sebuah resepsi atau tempat tinggal seseorang, melainkan sebuah resto yang
demikian terkenal akan masakan para raja Yogyakarta. Semua tamu tampak
terpesona akan dekorasi ruangan seolah seperti dijamu dalam sebuah gala dinner
bersama para bangsawan. Tak pelak para pengunjung kebanyakan berasal dari luar
kota bahkan luar negeri.
Menu yang menjadi sorotan kali ini ialah
sanggar. Bukan sebuah komunitas, namun masakan kesukaan Sultan Hamengku Buwono
VII. Sanggar merupakan irisan daging sapi yang dijepit dua bilah bambu
yang ujungnya dikunci buncis. Hangatnya daging panggang itu melelehkan santan
kental yang terbalur di dua sisi potongan daging itu. Aroma yang dihasilkan panggangan daging sapi
tersebut memompa liur. Dalam sekali gigit, gandik atau daging paha belakang
sapi yang bebas lemak itu empuk tercabik. Rasa gurih sangat dominan karena selama dipanggang, daging terus
dilumuri santan. Tiap kali santan meresap di daging atau mengering terpanggang,
dilumuri lagi. Berkali-kali hingga dagingnya terpanggang merata. menu ini sangat cocok ditemani
segelas beer jawa. Jika ingin menjadi raja sehari, datang saja ke resto Bale
raos yang terletak di Jl. Magangan Kulon 1,
Yogyakarta, dekat dengan alun-alun utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar