Senin, 30 September 2013

Plecing Kangkung






Dari namanya saja bisa ditebak jika makanan ini bukan dari bahasa jawa. Plecing kangkung berasal dari Lombok. Hidangan khas Lombok ini bertekstur seperti urap atau pecel dengan bahan utama sayuran rebus, bedanya ada pada bumbu. Jika pecel memiliki bumbu kacang, maka plecing kangkung hanya disiram sambal cabai merah yang dibumbui.
Destinasi lesehan dengan menu penyetan telah membuktikan kalau makanan murah meriah, merakyat ini banyak memiliki penggemar. Bagaimana tidak, menu makan mudah dan praktis yang terdiri dari ayam, bebek, ikan lele, ikan nila, ikan bawal, tahu, tempe, telur dadar baik goreng maupun bakar ini hampir bisa dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa. Dilengkapi dengan sepiring nasi putih hangat plus sambal bawang, terasi atau sambal tomat. Kapanpun memakannya, baik siang atau malam tetaplah nikmat jika santapannya berupa menu penyetan seperti ini. Salah satu tempat makan menu penyetan yang harus anda singgahi adalah Plecing Kangkung yang terletak di kawasan Baciro.
Tempat nyaman dengan pilihan duduk dengan meja kursi atau lesehan bisa dipilih sesuai selera. Di salah satu sudut  dindingnya,  terpahat beberapa poster dengan kata-kata mutiara inspiratif tentang cinta. Hal tersebut memberi nilai unik tersendiri yang memiliki pengalaman tentang percintaan. Banyak pilihan tersaji sebagai lauknya. Di antaranya ayam negeri maupun ayam kampung , bebek, ikan-ikanan, tempe, tahu, bahkan petai. Yang pasti anda harus memesan Plecing Kangkungnya. Sayuran yang terdiri dari kangkung, tauge, dan butiran kacang ini dijamin akan menambah nafsu makan anda, harganya Rp. 3500,- saja. Santap plecing kangkung bersama tempe dan tahu baluran. Jika berminat, bisa mengunjungi rumah makan Pelecing Kangkung yang buka setiap hari mulai pukul 16.00 WIB. Kalau dari jembatan lempuyangan, anda ke arah Pom Bensin Baciro, jalan terus ke arah timur, tidak begitu jauh dari Pom Bensin kurang lebih 300 m tepat sebelah kiri jalan anda akan menemukan tempat ini dengan spanduk Plecing Kangkung, area parkirnya yang minimalis pun kerap penuh, pokoknya tidak akan sulit menemukan tempat makan sederhana ini.


Senin, 16 September 2013

Gurami Salad Mangga


  Berjalan-jalan di kota Yogyakarta kini tengah dipenuhi dengan resto-resto ataupun pondok-pondok makan terkenal. Salah satunya adalah Pondok Makan Pelem Golek. Istilah Pelem Golek berasal dari kata pelem yang dalam bahasa Jawa berarti mangga, dan golek yang merupakan salah satu jenis mangga. Pondok ini dinamai dengan Pelem golek karena terinspirasi dari pohon mangga golek yang berada di pelataran parkir pondok makan. Karena buahnya yang sangat rimbun dan sangat manis, maka nama inipun diabadikan menjadi nama Pondok Makan Pelem Golek. Dengan harapan usaha Pondok Makan Pelem Golek ini akan serimbun dan semarak.

  Pondok Makan Pelem Golek didirikan pertama kali di Jalan Kaliurang Km 6,5 A10, Kentungan Yogyakarta pada tanggal 27 Januari 2006. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan konsumen yang makin meningkat, maka pada tanggal 10 Mei 2008 Pelem Golek memutuskan untuk pindah ke lokasi yang lebih luas dan suasana yang lebih nyaman, yaitu di Jl. Palagan Tentara Pelajar km 7 no. 99 ( depan Hotel Hyatt ). 

   Di lokasi yang baru, Pelem Golek menyediakan halaman parkir yang luas, kapasitas tempat duduk mencapai 450 orang. Dengan suasana hutan alami dan gemericik air terjun dan kicau burung, pengunjung akan benar-benar merasakan suasana yang berbeda. Nyaman, indah, dan asri. Suasana restoran yang terletak di depan Hotel Hyatt  Yogyakarta ini memang tiada duanya. Dengan konsep hutan alam, sambil bersantap kita bisa menikmati suara kicau burung dan gemericik air terjun yang menyegarkan. Rasanya seperti benar-benar berada di hutan.


  Beberapa menu andalan yang wajib dicoba adalah Gurami Salad Mangga, Gurami Menari, Ikan Males Tim, Gurami Tabur Permata, Brokoli Puteri Salju dan Sapi Mongolia. Semua menu hasil kreasi chef andal Pondok Makan Pelem Golek pastinya tidak akan
pengunjung temui di tempat lain. Tidak hanya makanannya yang spesial, nasi yang digunakan di sini adalah nasi dari beras organik yang lebih enak dan lebih sehat. Suasana restoran yang kental dengan ornamen Jawa yang kental dan kapasitas restoran yang mencapai 300 orang membuat tempat ini cocok untuk menggelar acara penting seperti resepsi pernikahan, wisuda, gathering, atau arisan

Senin, 09 September 2013

Bakpia Kedaton



Bakpia Kedaton
Oleh oleh khas Yogyakarta pasti sudah tidak asing lagi untuk Anda. Karena banyak sekali orang yang suka berjalan-jalan ke kota gudheg ini. Salah satu hal yang menjadi tradisi ialah membeli bakpia. Memilih oleh-oleh bakpia dari daerah Yogyakarta memang gampang-gampang susah, karena anda harus yakin betul produsen dimana anda membeli produk tersebut menjunjung tinggi kualitas produk yang dijualnya. Apalagi toko oleh-oleh sekarang didominasi oleh bakpia milik mereka sendiri.
Memang banyak toko bakpia yang terpercaya menjunjung tinggi kualitas produk yang dijualnya. Namun tidak banyak juga yang bisa diminati pembeli. Salah satu produk oleh-oleh dari Jogja yang sangat terkenal dan sangat diminati oleh konsumen adalah bakpia kedaton. Bakpia kedaton merupakan salah satu produk unggulan di toko oleh-oleh di Yogyakarta yang selalu diserbu oleh konsumen. Bakpia kedaton terinspirasi dari resep bakpia asli Yogayakarta tetapi dipadukan dengan resep pastry modern sehingga memberikan cita rasa yang benar-benar berbeda.
Awalnya, jajanan bakpia ini adalah jajanan yang terbuat dari bahan campuran kacang hijau dengan gula. Kemudian dibungkus dengan tepung dan dipanggang. Sejak dahulu memang di setiap kue bakpia sudah ada isinya dan ada bermacam-macam pilihan. Tetapi seiring dengan perkembangannya, isian bakpia semakin menyesuaikan dengan kondisi zaman, misalnya rasa kumbu hijau, rasa keju, cokelat atau kumbu hitam.
“Produk dari bakpia kedaton yang banyak digemari ialah rasa keju. Bakpia ini mempunyai rasa keju yang tercampur dengan rasa manis dan gurihnya. Sehingga menimbulkan kombinasi rasa yang sangat lezat dan sangat cocok untuk teman bersantai sore bersama teh dan orang-orang tersayang. Rasa kombinasi ini juga sangat cocok untuk lidah masyarakat Indonesia secara umum dan dipadukan dengan cita rasa modern karena memadukan rasa keju dan cokelat sebagai pilihan,”kata Sugianto, sang pemilik.
Bakpia Kedaton banyak diminati oleh banyak konsumen karena rasanya yang sangat unik dan lezat dengan cita rasa tradisional yang masih melekat erat walaupun terkadang ada yang dikombinasikan dengan bahan modern, seperti cokelat dan keju. Jika Anda datang langsung ke toko Bakpia Kedaton, maka Anda akan mendapati toko yang sangat nyaman dan pelayanan yang ramah serta koleksi jajanan bakpia beraneka rasa. Ketika Anda menginjakkan kaki di sana, maka Anda akan merasa seperti sedang berkeliling Indonesia karena sangat lengkap produk dari seluruh Indonesia yang membuat Anda tergoda untuk membelinya.
Rasa yang ditawarkan antara lain kacang hijau atau bakpia original seharga 22rb, keju, coklat, susu, cappuccino, ubi ungu, dan kumbu hitam dibandrol 25rb. Adapun rasa durian dengan harga paling malah 30rb. Untuk per pack berisi 20 biji bakpia. Jika Anda berminat, dating saja ke Jl.bantul kav. F no.136, Gedungkiwo Mantrijeron (depan pasar PASTY Dongkelan Bantul). Selamat berbelanja...

Oleh-olehnya kok mahal








Bicara soal melancong, tidak luput dari oleh-oleh yang dibeli dari kota tujuan wisata kita. Melihat dari kebiasaan wisatawan secara berulang-ulang dari tahun ke tahun yang mengunjungi suatu daerah, akan ada saja oleh-oleh yang selalu mereka bawa pulang ke rumah tidak berubah dari waktu ke waktu karena memang ciri khas sebuah daerah tersebut.
Berburu oleh-oleh di luar kota bukan perkara sepele. Kegiatan ini bisa sangat melelahkan dan cukup membuat stress. Masalah pertama adalah harga. Misalkan kita mau beli oleh-oleh gantungan kunci. Karena selain ga mahal, beli gantungan kunci juga kan bisa dapat banyak. Sayangnya, respon mereka yang diberi gantungan kunci sebagai oleh-oleh hampir seragam, “walah, oleh-olehnya cuman gantungan kunci…pelit amat…”
Bagaimana dengan makanan? Makanan adalah benda mahal untuk pendatang. Harga rata-rata makanan untuk oleh-oleh berkisar antara sekian puluh ribu sampai sekian ratus ribu!! Itupun biasanya respon dari mereka yang diberi oleh-oleh makanan juga hampir seragam “walah…oleh-olehnya kok cuman makanan, …nggak enak pula”…atau…”mbok oleh-oleh jangan makanan….barang apa gitu kek…” (padahal begitu dibelikan gantungan kunci komentarnya “oleh-oleh kok cuman gantungan kunci…”).
Ada cerita teman yang habis berlibur ke Jepang. Dia dimintai sodaranya untuk membelikannya kimono. Apa? Kimono? Wakakaka…Anda tahu berapa harga kimono? Puluhan ribu bahkan sering ratusan ribu yen!!! Bagaimana kalau boneka Ohinasama (boneka keluarga kaisar Jepang yang disusun di meja bertingkat seperti yang sering kita lihat di komik/kartun Jepang)? Hahahaha, itu juga puluhan ribu sampai ratusan ribu yen! Itu hand-made, dan semua barang buatan tangan di Jepang harganya selalu sangat mahal!
Nah, ini masalah yang kedua. Mencari benda yang khas Jepang atau yang ada tulisan “made in Japan” itu bukan pekerjaan yang mudah. Sangat mudah untuk menjumpai barang made in non Jepang, terutama made in China di toko-toko. Tapi kalau made in Japan? Hm… Selain itu, mencari benda yang khas Jepang juga susah. Kaos yang bertuliskan huruf Jepang, misalnya, itu hanya ada di toko-toko tertentu saja. Kenapa susah? Penyebab pertama mungkin karena perbedaan budaya. Di Jepang, jika ada yang bepergian ke luar kota, maka buah tangan yang dibawanya adalah makanan khas daerah tersebut. Sedangkan pernak-pernik khas di suatu daerah wisata, biasanya dibeli untuk kenang-kenangan pribadi, bukan untuk oleh-oleh. Lha mbok itu aja dibeli buat oleh-oleh. Yuk, kembali ke masalah harga. Gantungan kunci misalnya, yang model seperti ini biasanya harganya 700-an yen ke atas, meskipun bentuknya mungkin tidak lebih bagus dari gantungan kunci lima ribu rupiah di Indonesia.

Oleh-oleh berupa makanan. Jangankan di luar negeri, di kota Yogyakarta saja oleh-oleh sudah sangat mahal. Sebenarnya bukan bahan bakunya yang mahal, akan tetapi factor x yang membuat harga dinaikkan. Mulai dari sewa tempat yang tentunya strategis, segment pasar, gaji karyawan, branding, sampai jatah preman dan tukang becak. Seperti toko oleh-oleh di kawasan Jalan Solo. Barang-barang yang dijual sama persis seperti di supermarket atau toko-toko makanan yang lain, namun harganya bisa tiga kali lipat.
            “Pembeli kita kan, kebanyakan luar kota, jadi kita kasih harga juga ga mungkin murah,donk,”kata si pemilik.
            Ketika disinggung tentang perbandingan harga di luar yang jauh lebih murah, Pak Susanto pun memaparkan alasannya.
            “Ya, kalau kita pasang harga senada dengan yang lain, usaha kami bisa gulung tikar. Ada banyak pertimbangan untuk menaikkan harga. Seperti gaji karyawan, ongkos produksi, transportasi, dan marketing. Nah, biasanya kami pakai jasa marketing tukang becak, sopir bus, maupun tourist guide. Kalau ga gitu, bisa ga jalan usaha kami. Sepi…” papar bapak berputra dua tesebut. Setiap mereka bawa tamu, mau ga mau kita pasti ngasih komisi donk… belum lagi jatah preman tiap bulan. Ya,itung-itung biar aman sih…”pungkasnya.